Membaca
Cerita !
Terjadinya Bulan
Terang (Purnama) dan Bulan Mati (Tilem)
Daksa adalah anak dari Deva Brahmā. Beliau mempunyai putri sebanyak
dua puluh tujuh. Putri-putrinya dinikahkan dengan Candra. Rohini adalah istri
Candra yang paling cantik dan sangat disayangi oleh Deva Candra. Karena
cintanya kepada Rohini, Deva Candra menjadi pilih kasih dengan istri-istrinya
yang lain. Kemudian, istri-istri Deva Candra yang lain mengeluh pada ayahnya,
Sang Daksa. Daksa menjadi marah dan mengutuk Deva Candra,“ Hai Candra! Karena
engkau tidak bisa adil dengan semua istri-istrimu, aku akan mengutukmu! Engkau akan
merasakan sakit yang tidak dapat disembuhkan.” Karena kutukan tersebut, dari
hari ke hari kekuatan dan cahaya Deva Candra berkurang. Akhirnya, Deva Candra meminta
perlindungan kepada Deva Śiva. “Oh, Deva Śiva, aku datang ke hadapan-Mu untuk memohon
perlindungan atas kutukan yang telah Sang Daksa berikan.” Deva Śiva yang penuh
kasih melegakan hati Candra yang sedang sakit dan menaruh Candra di kepala-Nya.
Dengan berada di kepala Deva Śiva, Candra/Bulan menjadi kekal dan bebas dari
segala bahaya. Mengetahui sang suami telah meninggalkan dirinya, putri-putri
Daksa itu sedih dan menangis. Mereka datang menghadap sang ayah, Daksa.
Putri-putri Daksa berkata,“ Oh, Ayah, dahulu kami mohon kepadamu agar
kami mendapat berkah dari suami. Tetapi, kini bukan mendapat berkah darinya,
melainkan dia telah meninggalkan kami.”
“Oh Ayah, meskipun kami memiliki mata, kami hanya menemukan kegelapan
di mana-mana. Sekarang kami sadar bahwa suami adalah mata satu-satunya bagi
wanita.”
“Mohon kembalikan suami kami. Anda adalah putra Deva Brahmā dan Anda
cukup perkasa untuk menciptakan sendiri satu alam semesta.” Mendengar kata-kata
dari semua putrinya itu, Daksa lalu pergi menghadap Deva Śiva. Deva Śiva bangkit
dari tempat duduknya dan sujud menghormati Daksa. Daksa lalu memberkati Deva Śiva.
Melihat perilaku Deva Śiva yang rendah hati, kemarahan Daksa menjadi hilang.
Kemudian, Daksa berkata,“Oh Deva Śiva, mohon kembalikan menantuku yang dicintai
oleh putri-putriku yang melebihi nyawanya sendiri. Anda juga adalah menantuku.
Jika Anda tidak mengembalikan Candra kepadaku, saya akan ucapkan kutukan keras
atas dirimu.” Setelah mendengar Daksa bicara, Deva Śiva mengucapkan kata kata yang
terdengar lebih manis dari amrita. Deva Śiva berkata,“Anda boleh bakar
saya jadi abu, atau ucapkan satu kutukan atas diriku sesuai kehendakmu, tetapi
saya tidak dapat mengembalikan Candra (Bulan)
yang telah berlindung kepadaku.” Mendengar kata-kata Deva Śiva yang
demikian, Daksa hendak mengucapkan kutukan atas Deva Śiva. Deva Śiva ingat
Govinda. Pada saat itu pula, Sri Kṛṣṇa muncul di sana dalam wujud
seorang Brahmāna tua. Baik Deva Śiva maupun Daksa sujud kepada Brahmāna
tersebut dengan penuh hormat. Beliau
memberkati mereka berdua dan berkata kepada Deva Śiva.
“Oh, Śiva, tidak ada apa pun yang lebih disayangi oleh semua makhluk
hidup selain dirinya sendiri. Dengan merenungi hal ini, oh, penguasa para Deva,
Anda hendaknya selamatkan dirimu dengan memberikan Candra kepada Daksa. Anda adalah
tempat berlindung terbaik, Anda tenang, Anda adalah Vaisnava yang paling
terkemuka dan Anda memperlakukan segala makhluk dengan cara yang sama.
Anda bebas dari tindak kekerasan dan kemarahan. Daksa adalah putra perkasa
Deva Brahmā dan dia berwatak pemarah. Deva yang mulia, mengalah di hadapan yang
sedang marah.” Deva Śiva tersenyum dan berkata, “Saya dapat mengorbankan pertapaan
saya, kemuliaan saya, semua keberhasilan saya, kekayaan, dan bahkan nyawa saya
sendiri. Tetapi, saya tidak bisa meninggalkan orang yang telah berlindung
kepada saya. Dia yang telah mencampakkan seseorang yang telah berlindung kepadanya
akan ditinggalkan oleh Dharma. Oh, Tuhanku, Anda tahu betul tentang Dharma.
Mengapa Anda mengucapkan kata-kata yang dipengaruhi khayalan? Anda adalah pencipta
dan pelebur segala sesuatu. Orang yang berbhakti kepada-Mu tidak takut kepada
siapa pun.” Brahmana yang mengetahui betul perasaan setiap orang, mendengar kata-kata
Deva Śiva dengan saksama. Kemudian, Beliau mengambil setengah bagian Candra
(Bulan) yang sakit dan memberikannya
kepada Daksa. Selanjutnya, Beliau mengambil setengah bagian Bulan yang
sehat dan menaruhnya di kepala Deva Śiva. Melihat setengah Bulan (Candra) yang
sakit, Daksa kemudian berdoa kepada Sri Kṛṣṇa. Beliau lalu mengatur
bahwa Bulan akan
bercahaya penuh selama dua minggu dan tidak akan bercahaya selama dua
minggu berikutnya. Demikianlah, setelah memberkati Deva Śiva dan Daksa, Sri Kṛṣṇa
kembali ke tempat tinggal-Nya (Brahma-Vaivarta Purana
Brahma-kAnda 9.49-53).
Tugas
!
Jawablah pertanyaan dibawah ini ditulis dibuku catatan di
kumpulkan saat ada jam sekolah!
1 Daksa adalah putra dari dewa ?
2.
Mengapa deva Candra di kutuk oleh daksa ?
3.
Setengah Bagian Bulan/candra yang sehat diambil
oleh dew siwa diletakan dimana?