Kerukunan dan Toleransi umat beragama dalam
pandangan Hindu
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa, beraneka
ragam ras, bermacam-macam golongan, beragam budaya. Penduduknya
menganut berbagai macam agama serta penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang berbeda-beda. Hal itu merupakan Anugrah dari tuhan YME.
Bagaikan pelangi diangkasa, menjadi sangat indah karena disusun oleh berbagai
spektrum warna yang berbeda-beda. Atau sebuah taman yang ditumbuhi berbagai
macam bunga aneka warna dan tumbuh bermacam-macam pohon beraneka bentuk serta
hidup bermacam-macam burung berkicau yang sangat indah.
Kerukunan umat beragama berarti antara pemeluk-pemeluk agama yang
berbeda bersedia secara sadar hidup rukun dan damai. Hidup rukun dan
damai dilandasi oleh toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling
menghargai dalam kesetaraan dan bekerjasama dalam kehidupan sosial
di masyarakat. Hidup rukun artinya hidup bersama dalam masyarakat secara damai,
saling menghormati dan saling bergotong royong/bekerjasama.
Manusia ditakdirkan Hyang Widdhi sebagai makhluk sosial yang
membutuhkan hubungan dan interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai
makhluk sosial, manusia memerlukan kerja sama dengan orang lain dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material, kebutuhan spiritual, maupun
kebutuhan akan rasa aman.
Kitab Weda (Kitab suci Umat Hindu) memerintahkan manusia
untuk selalu menjalankan Tri Hita Karana Yaitu : selalu berbakti
kepada Hyang Widdhi, hidup rukun dengan alam lingkungan, serta hidup
rukun dengan sesama umat manusia. Dalam menjalin hubungan
dengan umat manusia, diperinthkan untuk selalu rukun tanpa memandang
: ras, kebangsaan, suku, agama, orang asing, pribumi maupun
pendatang, dls. Sehingga umat Hindu selalu berdoa sebagai berikut :
Samjnanam nah svebhih, Samjnanam aranebhih, Samjnanam asvina yunam,
ihasmasu ni ‘acchalam.(Atharvaveda VII.52.1
Artinya :
Semoga kami memiliki kerukunan yang sama dengan orang-orang yang
dikenal dengan akrab, Semoga kami memiliki kerukunan yang sama dengan
orang-orang asing, semoga Engkau memberkahi kami dengan keserasian (kerukunan/keharmonisan)
Janam bibhrati bahudha vivacasam, nanadharmanam prthivi yathaukasam,
sahasram dhara dravinasya me duham, dhruveva dhenur anapasphuranti (
Atharvaveda XII.I.45)
Artinya
:
Semua orang berbicara dengan bahasa yang berbeda-beda, dan
memeluk Agama (kepercayaan) yang berbeda-beda, Sehingga Bumi Pertiwi bagaikan
sebuah keluarga yang memikul beban. Semoga Ia melimpahkan kemakmuran
kepada kita dan menumbuhkan penghormatan diantara kita, seperti seekor sapi betina
kepada anak-anaknya
Bahkan umat Hindu selalu berdoa untuk keselamatan seluruh mahluk hidup,
seperti bait ke 5 Puja Trisandya yang wajib dilantunkan 3 (tiga)
kali dalam sehari oleh umat Hindu yang taat :
Om Ksamasva mam mahadewa, sarwaprani hitangkara, mam moca sarwa
papebyah, palayaswa Sadasiwa) yang artinya : Hyang Widdhi ampunilah hamba,
semoga semua mahluk hidup (Sarwaprani) memperoleh keselamatan(
hitangkara ),bebaskan hamba dari segala dosa dan lindungilan hamba.
(Keterangan. : Mahadewa dan Sadasiwa adalah nama-nama ke-Maha Kuasa-an Hyang
Widdhi Wasa/Tuhan YME).
Perintah-perintah Hyang Widdhi kepada manusia supaya selalu
hidup rukun
Didalam pustaka suci weda terdapat perintah-perintah Hyang Widhi
tentang hidup rukun diantaranya :
1. Tri Hita Karana.
2. Tri Kaya Parisudha,
3. Catur
paramita
4. Tat Twam Asi
1. Tri Hita Karana
Tri Hita Karana artinya tiga penyebab kebahagiaan yaitu :
1. Membina hubungan yang harmonis
antara manusia dengan Hyang Widdhi Wasa/ Tuhan YME (Parahyangan)
2. Membina hubungan harmonis antara
manusia dengan manusia tanpa membedakan asal usul, ras, suku, agama, kebangsaan
dll. (Pawongan)
3. Membina hubungan harmonis antara
manusia dengan alam lingkungan(Palemahan)
Ketiga-tiga hubungan yang harmonis ini dapat mendatangkan kebahagiaan,
kedamaian, kerukunan bagi kehidupan manusia.
2. Tri Kaya Parisudha
Tri
Kaya Parisudha artinya tiga perilaku yang harus disucikan yaitu :
1. Manacika Parisudha, yaitu
mensucikan pikiran, antara lain: selaluberpikir positif terhadap orang
lain, berpikir tenang (manahprasadah), lemah lembut (saumyatwam), pendiam
(maunam), mengendalikan diri (atmawinigrahah), jiwa suci/lurus hati
(bhawasamsuddir).
2. Wacika Parisudha, yaitu
mensucikan ucapan, antara lain : berkata yang lemah lembut,
berkata yang tidak melukai hati/tidak menyinggung perasaan/tidak menyebabkan
orang marah (anudwegakaram wakyam), berkata yang benar(satyam wakyam/satya
wacana), berkata-kata yang menyenangkan (priyahitam
wakyam), dapat dipercaya dan berguna.
3. Kayika Parisudha, yaitu
mensucikan perbuatan, antara lain : bertingkah
laku yang santun, hormat pada para orang
suci/pendeta, hormat pada para
guru, hormat pada orang yang arif
bijaksana, berperilaku suci(
saucam), benar (arjawa), tidak menyakiti/membunuh
mahluk lain (ahimsa).
Tri kaya Parisudha merupakan petunjuk Hyang Widdhi
(BG.XVII.14-16) kepada manusia dalam mencapai kesempurnaan
Hidup. Trikaya parisudha diperintahkan supaya setiap
orang selalu berpikir positip terhadap orang lain, berkata-kata yang lemah
lembut dan menyenangkan orang lain, serta menghindari berperilaku yang membuat
orang lain tidak senang. Melaksanakan Trikaya parisudha untuk menghindari
adanya rasa kurang menghormati harkat dan martabat manusia yang dapat
menimbulkan kemarahan dan rasa dendam yang berkepanjangan di antara sesama
manusia.
3. Catur Paramita
Di samping itu dalam pergaulanya di masyarakat manusia diperintahkan
untuk selalu mendasarkan tingkah lakunya kepada “Catur
Paramita” yaitu :
1. Maitri, mengembangkan rasa
kasih sayang.
2. Mudhita, membuat orang
simpati.
3. Karuna, suka
menolong.
4. Upeksa, mewujudkan keserasian,
keselarasan, kerukunan dan keseimbangan
4. Tat Twam Asi
Apabila diterjemahkan secara artikulasi Tat Twam Asi berarti
Itu adalah Aku atau kamu adalah aku. Dalam pergaulan hidup
sehari-hari manusia diperintahkan selalu berpedoman kepada Tat Twam
Asi, sehingga tidak mudah melaksanakan perbuatan yang dapat menyinggung
perasaan bahkan dapat menyakiti hati orang lain dan pada akhirnya menimbulkan
rasa iri hati benci dan kemarahan. Dengan menganggap
orang lain adalah diri kita sendiri, berarti kita memperlakukan orang lain,
seperti apa yang ingin orang lain lakukan terhadap kita.
Tat Twam Asi menjurus kepada Tepa Selira atau Tenggang
Rasa yang menuntun manusia dalam berpikir,
berkata-kata dan berperilaku, sehingga tidak berpikir
negatif terhadap orang lain, tidak berkata-kata yang dapat menyinggung perasaan
orang lain, dan tidak berperilaku yang dapat merugikan
orang lain.
Musuh-musuh dalam diri manusia penyebab terganggunya Kerukunan dan
ketentraman :
Ada enam musuh utama dalam diri manusia yang harus dikalahkan untuk
meningkatkan spiritualitas manusia, sekaligus bermanfaat menciptakan kerukunan
dan kedamaian Umat manusia. Ke-enam musuh yang ada pada manusia
disebut Sad Ripu yaitu :
1. Kama artinya sifat penuh
nafsu indriya terutama nafsu sex.
2. Lobha artinya sifat loba
dan serakah.
3. Krodha artinya
sifat pemarah/mudah marah.
4. Mada artinya sifat
suka mabuk-mabukan
5. Moha artinya
sifat angkuh dan sombong.
6. Matsarya artinya sifat
dengki dan iri hati
Selain enam musuh utama dalam diri manusia yang harus
dikalahkan, adalagi yang disebut Sad Atatayi, yaitu
enam kejahatan yang membuat manusia menderita, sehingga dilarang
untuk dilakukan yaitu :
1. Agnida: membakar milik orang
lain.
2. Wisada: meracuni dengan
racun ( insektisida maupun bahan kimia atau obat-obat terlarang) orang lain
atau mahluk lain.
3. Atharwa: menggunakan ilmu
hitam (black magic, misalnya santet, sihir, gendam, leak dll) untuk
menyengsarakan orang lain.
4. Sastraghna: mengamuk atau
membunuh .
5. Dratikrama: memperkosa termasuk
juga pelecehan sexual.
6. Rajapisuna: memfitnah
Dalam Bhagavadgita XVI.21-22. Kama (nafsu
sex), krodha (marah) dan lobha(serakah) disebutkan sebagai tiga
jalan menuju neraka (Triwidham narakasye’dam), Jalan untuk menuju kehancuran
diri (dwaram nasanam atmanah ), sehingga ketiganya harus disingkirkan
(tasmad etat trayam tyajet) dari diri manusia. Orang yang bisa membebaskan
diri dari Kemarahan, Keserakahan, dan Nafsu sexual yang tidak pantas
dan berbuat untuk kemuliaan Tuhan YME akhirnya bisa mencapai tempat
yang tertinggi ( sorga bahkan moksa)
Kemarahan atau orang yang marah dapat menimbulkan
penderitaan bagi orang lain. Kemarahan yang di ujudkan dengan
kekerasan, misalnya membunuh, membakar, mencelakai dan lain
sebagainya mengganggu ketentraman dan kedamaian.
Orang yang cepat marah atau sering marah-marah dapat
menderita berbagai penyakit diantaranya : serangan
jantung, hipertensi, stroke dan radang lambung (maag). Kenapa
orang yang sering marah atau cepat marah mudah terserang penyakit tersebut
?, mekanismenya sebagai berikut :
Pada saat marah, tonus syaraf simpatis akan
meningkat. Syaraf simpatismempunyai target organ diantaranya di pembuluh
darah, jantung dan glandula adrenal dan ginjal. Pada pemuluh darah
menyebabkan penyempitan pembuluh darah, pada jantung menyebabkan denyut jantung
meningkat, pada glandula adrenal memacu keluarnya hormon adrenalin yang
menyebabkan pembuluh darah menyempit dan jantung berdebar-debar, sedangkan pada
ginjal memacu apparatus juxta glomerularis untuk mengeluarkan renin.... dst
menyebabkan penyempitan pemuluh darah dan tertimbunnya cairan pada pembuluh
darah. Pembuluh darah menyempit sementara pompa jantung bekerja
sangat kuat ditambah tertimbunnya cairan pada pembuluh darah menyebabkan
tekanan dalam pembuluh darah sangat tinggi (Hipertensi). Tekanan darah tinggi
yang tidak bisa diatasi oleh pembuluh darah bisa menyebabkan pecahnya pembuluh
darah, kalau diotak disebut STROKE dan kalau di jantung bisa menyebabkan mati
mendadak(SADDEN DEATH). Kemarahan juga memacu syaraf
parasimpatis pada lambung, sehingga lambung mengeluaran
asam lambung, penyebab radang lambung (penyakit
maag). Oleh karena itu kendalikan kemarahan dengan selalu BERSABAR.
Keserakahan, misalnya: mengurangi hak orang lain,
menggelapkan hak orang lain, korupsi, memindahkan patok/batas-batas tanah,
merampas secara paksa hak-hak orang lain, dll dapat
menimbulkan penderitan pada orang lain. Apabila si korban tidak bisa menerima
perlakuan tersebut dapat menimbulkan percekcokan yang ujung-ujungya kerukunan
terganggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar