Makarti Jaya

Makarti Jaya

Jumat, 19 Juli 2019

Menjalin Hubungan Antar Umat Beragama Guna Mencapai Kerukunan menurut Hindu

Menjalin Hubungan Antar Umat Beragama Guna Mencapai Kerukunan menurut  Hindu


Dasar tercapainya kehidupan yang aman, damai, tentram muncul dari adanya kerukunan yang dijalin dan dijaga dengan baik. Tuhan menciptakan kita dengan akal, rasa, pemikiran untuk dapat disatukan dan diaplikasikan guna menciptakan kehidupan dengan satu tujuan yang sejahtera. Suasan kehidupan dalam serba keseimbangan dan rukun antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa hendaknya selalu dipupuk dan diusahakan adanya oleh umat manusia. Tuhan menciptakan manusia sebagai mahkluk yang tersempurna bila dibandingkan dengan mahkluk-mahkluk lainnya. Kehidupan yang dijalani oleh setiap mahluk di dunia ini harrus di dasari oleh adanya kerukunan tersebut, karena manusia tidak dapat hidup sendiri, melainkan hidup saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya.
Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia ke dunia ini dalam berbgai suku, bangsa, ras, agama, adat istiadat dan golongan. Semua perbedaan yang diciptakan bukan tanpa maksud, melainkan untuk saling mengenal satu dengan yang lainnya. Ada pria dan wanita, kaya-miskin, pendek-panjang, baik-buruk, besar-kecil, hitam-putih dan yang lainnya. Perbedaan itu adalah anugrah dari Tuhan, agar manusia mampu mengoptimalkan kekayaanya yaitu pikiran. Jadikanlah semua perbedaan yang ada itu sebagai penantang hidup kita ini, guna menyempurnakan seluruh potensi yang kita miliki (fisik, mental/intelektual,emosional, moral, dan spiritual) sesungguhnya semua itu adalah sebuah alasan untuk menghargai ciptaan-Nya.
Walaupun bangsa kita ini terdiri dari berbagai macam pemeluk agama, suku,ras,adat-istiadat namun tetap rukun dalam satu bingkai Nagara Kesatuan Republik Indonesia. Dari perbedaan itulah sudah sepatutnya kita lebih mengedepankan toleransi dan kerukunan tersebut. Kerukunan
berasal dari kata rukun yang berarti: searah, seiring, seirama atau sejalan, baik dan damai, bersatu hati, dan kesepakatan. Dengan kata lain kerukunan adalah situasi yang menggambarkan harus saling menumbuhkan ketentraman dengan sesama, guna tercapainya kehidupan yang baik dan damai, agar tercapai tujuan bersama.
Dalam Kitab Suci Weda memerintahkan manusia untuk selalu menjalakan Tri Hita Karana yaitu: Selalu berrbakti kepada HYang Widdhi, hidup rukun dengan alam lingkungan, serta hidup rukun dengan sesama umat manusia. Dalam menjalin hubunga dengan umat manusia, diperintahkan untuk selalu rukun tanpa memandang ras, kebangsaan, suku, agama, orang asing atau bukan, pribumi maupun pendatang dan lain sebagainya. Sehingga umat hindu selalu berdoa sebagai berikut:
Samjnanam nah svebhih, Sajnanam aranebhih, Samjnanam asvina yunam, ihasmasu ni acchalam. (Atharvaveda VII.52.1)
Artinya:
Semoga kami memiliki kerukunan yang sama dengan orang-orang yang dikenal dengan akrab, Semoga kami memiliki kerukunan yang sama dengan orang-orang asing, semoga Engkau memberkahi kami dengan keserasian (Kerukunan/keharmonisan)
Janam bibhrti bahudha vivacasam, nandharmanam prthivi yathaukasam, sahasram dhara dravinasya me duham, dhurveva dhenur anapasphuranti (Atharvaveda XII.I.4)
Artinya:
Semua orang berbicara dengan bahasa yang berbeda-beda, dan memeluk Agama (kepercayaan) yang berbeda-beda, sehingga bumi pertiwi bagaikan sebuah keluarga yang memikul beban. Semoga ia melimpahkan kemakmuran kepada kta dan menumbuhkan penghormatan diantara kita, seperti seekor sapi betina kepada anak-anaknya.

Bahkan umat Hindu selalu berdoa untuk keselamatan seluruh mahluk hidup, seperti bait ke-5 Puja Trisandya yang wajib dilantunkan 3 (tiga) kali dalam sehari oleh Umat Hindu:
Om Ksamasva mam mahadewa, sarwaprani hitangkara, mam moca sarwa papebyah palayaswa sadasiwa., yang memiliki arti: Hyang Widdhi ampunilah hamba, semoga semua mahluk hidup (sarwaprani) memperoleh keselmatan (hitangkara), bebaskanlah hamba dari segala
dosa dan lindungilah hamba. ( Mahadewa dan sadasiwa adalah nama-nama ke-Maha Kuasa-an Hyang Widdhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa). Konsep-konsep kerukunan menurut Hindu, di dalam pustaka suci weda terdapat perintah-perintah Hyang Widhi tentang hidup rukun antara lain:
a. Tri Hita Karana
Konsep Tri Hita Karana merupakan konsep yang sangat mendasar dengan tekanan pada prinsip keseimbangan. Kegoncangan dari unsur keseimbangan tersebut dapat menimbulkan berbagai bentuk manifestasi yang tidak menguntungkan kehidupan di atas dunia ini.
Pengertian konsep Tri Hita Karana adalah tiga penyebab kebahagiaan yaitu:

1.    Membina Hubungan yang harmonis denga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa (Parahyangan)
2.     Membina hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia tanpa ada yang membedaka asal usu, suku, ras, agama, kebangsaan (Pawongan)
3.     Membina hubungan harmonis antar manusia dengan alam lingkungan (Palemahan)
Ketiga hal-hal di atas merupakan tindakan yang setidaknya harus di terapkan dalam kehidupan sehari-hari guna mencapai kedamaian, kebahagiaan, keharmonisan, dan kerukunan.

b. Tri Kaya Parisudha
Konsep filsafat Tri Kaya Parisudha sebenarnya filsafat yang telah dibawanya sejak pertemuan antara kama bang dan kama petak. Dan kenyataan ini menjadi semakin jelas saat kelahiran setiap manusia. Tri Kaya Parisudha yaitu tiga erilaku yang harus disucikan, bagian-bagiannya antara lain ialah:

1.    Manacika: mensucikan pikiran, natara lain selalu berfikir positif kepada orang lain.
2.    Wacika: mensucikan ucapan, antara lain berkata yang baik, yang tidak menyebabkan ketersinggungan, tidak melukai hati orang lain
3.    Kayika: mensucikan perbuatan, antara lain bertingkah laku yang santun, mengormati orang yang lebih tua.
Dari ketiga konsep filsafat tersebut maka pikiranlah yang utama, karena akan menjadi pendorong dari Panca Indra sehingga dapat mengeluarkan ucapan dan perbuatan yang bertentangan atau sesuai jalan dharma.

Dengan demikian maka pikiranlah yang seharusnya dibina. Dipupuk sehingga akan dapat mengendalikan ucapan dan perbuatan. Uraian mengnai konsep Tri Kaya Parisudha:
1. Manacika: gerak pikiran

·         Tan engin-tan adengkia ri drwyaning len: tidak ingin dan tidak dengki terhadap milik orang lainnya.
·         Tan kroda ring sarwa sattwa: tidak marah terhadap semua makhluk
·         Mamituhwa ri hananing karma phala: yakin terhadap adanya hukum Kharma Phala
2.     Wacika: ucapan atau perkataan
2.1 Tan ujar ahala: tidak mengeluarkan kata-kata yang dapat menyakitkan hati orang lain/kotor
2.2 Tan ujar apergas: tidak mengeluarkan kata yang keras atau menghardik
2.3 Tan nithya: tidak berbohong
2.4 Tan misuna: tidak memfitnah

3.     Kayika: tingkah laku perbuatan
3.1 tidak membunuh sewenang-wenang tanpa tujuan
3.2 Tan anghala-ahala: tidak mencuri
3.3 Tan Paradara: tidak memperkosa atau berzinah

c.Catur Paramitha
Catur Paramitha juga dpat diterpkan dalam pergaulan di masyarakat . adapun bagian-bagiannya yaitu:
1. Maitri: mengembangkan rasa kasih sayang
2. Mudhita: membuat orang simpati
3. Karuna: suka menolong
4. Upeksa: mewujudkan keserasian, keselarasan, kerukunan dan keseimbangan



d. Tat Twam Asi
Tat Twam Asi merupakan landasan sangat mendasar dari perkembangan tata susila dalam pendidikan agama Hindu. Tat Twam Asi merupakan ungkapan bahasa Sansekerta. Yang memiliki arti yaitu: Aku adalah Kamu, dan Kamu adalah Aku. Secara garis besar, umat hindu dan terkhususnya manusia di perintahkan harus berpedoman pada Tat Twam Asi dalam pergaulan
merekan, karena dengan cara begitu tidak mudah kita atau setiap manusia bertindk menyakiti satu sama lain, menyinggung perasaan atau bahkan berujung pada dendam dan kemarahan tersebut. Dengan menganggap orang lain adalah diri kita sendiri, berarti kita memperlakukan orang lain seperti apa yang ingin orang lain lakukan terhadap kita. Dengan begitu sikap tenggang rasa bisa di tumbuhkan.
Tat Twam Asi menjurus kepada Tepa Seir atau Tenggang Rasa yang menuntut manusia
dalam berpikir, berkata-kata dan berperilaku sehingga tidak berpikir negatif terhdap orang lain, tidak mengeluarkan kata-kata yang dapat menyinggung perasaan orang lain, dan tidak berperilaku yang dapat merugikan orang lain.
Sumber pengertian Tat Twam Asi berasal dari Brahma atman aikhyam artinya: Brahman adalah tunggal dengan atman yang berada pada setiap makhluk hidup. Dalam Bhagavadgita dijumpai:
 Wahai Arjuna: Aku adalah Atman. Yang bersemayam di hati setiap makhluk. Dan Aku adalah awal mula, pertengahan, dan juga akhir makhluk itu (20)·
 Akulah benih segala makhluk, dan tidak ada sesuatu ciptaan yang bergerak maupun tidak bergerak, tanpa Aku (39)·
Berdasarkan keyakinan terhadap adanya Atman , menimbulkan pengertian bahwa setiap Hindu mempunyai Atman, yang merupakan percikan dari Ida Sang Hyang WidHi Wasa dalam prabawa Beliau sebagai sumber Atman (Paramatman).
Dengan memperhatikan uraian diatas dapat dipahami mengapa timbul konsep Tat Twam Asi sebagai dasar tata susila dalam ajaran Hindu Khususnya dalam hubungan antar manusia. Susila merupakan tingkah laku yang baik dan mulia yang dituntut oleh ajaran dharma. Dharma dalam tata susila merupakan hubungannya yang selaras antar sesama manusia. Menolong orang lain sebenarnya juga menolong diri sendiri sehingga bila menyakiti orang lain tidak lain kita menyakiti diri sendiri. Dengan demikianlah pengertian Tat Twam Asi menimbulkan penjabaran saling asa, saling asih, saling asuh, sehingga keharmonisan kehidupan sebagai sesama manusia serta pemeluk agama dapat terwujud. Dalam pergaulan sehari-hari antara berbagai aliran kepercayaan, adat dan agama telah menimbulkan hakekat dan sikap toleransi
dari Tat Twam Asi telah di cerminkan dalam Garuda Pancasila yang berbunyi Bhineka Tunggal Ika.
Dasar tersebut yang dapat kita aplikasikan dalam pergaulan sehari-hari dan bermasyarakat, karena perbedaan tersebut sudah pasti adanya, hanya saja janganlah perbedaan tersebut dijadikan dasar atau tolak ukur, namun persamaannyalah yang harus semakin ditonjolkan sehingga musyawarah dan mufakat dapat menjadi kenyataan. Menonjolkan keyakinan agama dan kepercayaan dalam pergaulan tidak akan menghasilakn keharmonisan, tetapi sebaliknya yaitu kehancuran, karena keyakinan yang fanatik dapat menimbulkan gerakan yang juga sangat fanatik dan merugikan kerukunan berbangsa, beragama dan persaudaraan diantar kita semuanya.
Tidak hanya satu jalan untuk dapat menuju Dharma Ketuhanan Yang Maha Esa namun banyak jalan yang dapat ditempuh dan semuanya akan diridhoi sesuai dengan dharma bakti Agama, dharma bakti bernegara dan berbangsa serta pengertian kita tentang Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tat Twam Asi dapat dijadikan dasar utama cinta pada sesama manusia, lingkungan sekitar hidup manusia dan mempunyai sifat yang universal, karena mendasari hati nurani manusia yang paliing dalam malalui makna Tat Twam Asi.
Dalam membangun menjalin hubungan antar umat beragama demi mencapai kerukunan hendaknya di landaskan atau di dasari oleh rasa Toleransi, Tenggang Rasa, Menghormati antar satu dengan yang lainnya. Atas landasan tersebut kita hanya perlu menumbuhkannya dalam diri kita. Masyarakat Indonesia sudah sepatutnya mengedepankan toleransi di antara pemeluk agama yang satu deng yang lainnya, sehinggan rasa menghargai antar sesama bisa terjalin. Bangsa Indonesia harus tetap dapat menjaga dan mengimplementasikan tri kerukunan hidup beragam dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
1. Kerukunan intern umat beragama yaitu: kerukunan dengan penganut agama yang sama
2. Kerukunan antar umat beragama yaitu: kerukunan dengan sesama umat lain
3. Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah yaitu: disini terjadinya kolaborasi dengan agama bersama dengan pemerintah.
Semua dilandaskan dengan keberadaan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Garis-Garis Besar Haluan Negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai segala sumber hukum yang berlaku di Negar Indonesia. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengamanatkan bahwa bangsa Indonesia harus selalu dapat memupuk hidup rukun antar satu agama dengan agama lainnya serta penganut aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pasal 29 Ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa tiap-tiap penduduk bangsa Indonesia dijamin kebebasannya untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat sesuai dengan agama yang di peluknya. Selanjutnya GBHN 1999 yang di tetapkan melalui Tap. MPR No. IV/MPR/1999 menegaskan tentang pentingnya kerukunan hidup antar umat beragama sehingga terciptanya suasana kehidupan yang harmonis dan saling menghormati dalam semangat kemajemukan melalui dialog antar umat beragama.
Langkah-langkah meningkatkan kerukunan umat beragama
Kerukunan sangat penting dan menjadi kunci utama dalm kehidupan sosial bermasyarakat, tidak hanya beramasyarakat dengan sesama pemeluk agama yang sama namun dengan pemeluk agama lain, mungkih perbedaan memang ada, segala yang berbeda belum tentu buruk, dimana perbedaan menjadi sangat beragam namun dapat menjadi indah. Di Negara Indonesia ini terdiri dari berbagai macam suku bangsa, beragam ras, golongan, budaya, adat istiadat, namu dari perbedaan tersebut menjadikan bangsa ini indah, bagaikan sebuah taman yang ditumbuhi berbagai macam bunga aneka warna dan bentuk, serta macam-macam kicau burung yang sangat indah. Perbedaan memang ada, tetapi tetap semuanya memiliki satu tujuan, yaitu tujuan yang sama-sama ingin dicapai, sehingga diperlukanlah adanya kerukunan hidup beragama dan hendaknya harus dapat ditingkatkan. Untuk dapat meningkatkan kerukunan hidup beragam, langkah yang paling penting dilakukan adalah:
1. Mengajarkan kepada setiap umat beragama untuk selalu berpikir positif terhadap orang lain, bertutur
kata yang tidak proaktif dan tidak membuat sakit hati.
2. Berperilaku baik seperti: tidak melanggar norma-norma umum yaitu: norma kesusilaan, norma adat istiadat, maupun norma hokum Negara/ tidak melanggar hokum Negara.
3. Menumbuhkan penghargaan, saling pengertian, toleransi, serta belajar untuk saling memahami diantar umat beragama. Dan tidak berbuat hal-hal yang dapat menyinggung sentiment keagamaan.
Untuk menumbuhkan penghargaan dan saling pengertian, maka setiap umat beragama hendaknya mengerti secara baik dan benar tentang agamanya sendiri dan dilengkapi dengan pengetahuan yng cukup dan benar tentang agama lainnya, sehingga mengetahui hal-hal baik di agama lain dan mengetahui pula hal-hal yang sangat dilarang/ditabukan/diharamkan di agama lain. Untuk menghindari kesenjangan sosial diantar masyarakat. Karena di era globalisasi seperti sekarang banyak terjadi kesenjangan sosial diantara masyarakat. Sehingga timbul pandangan yang negatif dari satu sudut pandang agama lain atau agama yang sama, dikarenakan kerukunan yang kurang, setidaknya jika terjadi kesenjangan sosial antara masyarakat, baik agama yang sama atau lain agama hendaknya dapat saling membantu untuk memperbaiki dan menjaga agar tidak terjadi kesenjangan yang lebih serius lagi.
Para pemimpin agama bekerja sama dengan pemimpin agama lainnya (Islam, Hindu, Katolik, protestan, Buddha, Konghucu) untuk mengatasi bersama umat manusia yaitu: Keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan, dan penyakit sosial lainnya. Para pemuka agama, pemimpin lembaga-lembaga keagamaan dan pemerintah, supaya selalu mempromosikan: Toleransi, kerukunan, dan kedamaian diantara para pemeluk agama di masyarakat, sekolah-sekolah umum, sekolah-sekolah keagamaan, maupun ditempat-tempat ibadah. Tokoh pemuka agama, tokoh masyarakat dituntut untuk dapat bekerja sama saling berkolaborasi
Nilai-nilai budi pekerti yang terwujud
Dari semua aktivitas yang dapat ditampilkan melalui tri kerukunan hidup oleh umat beragama, dapat kita cermati perwujudan nilai-nilai budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari. Dengan perwujudan nilai-nilai budi pekeri tersebut, bisa kita gunakan sebagai pedoman atau titik acuan untuk menjalin kerukunan antar sesama
umat beragama. Perwujudan nilai-nilai budi pekerti yang dimaksud antar lain:
a. Terbiasa menjaga perasaan dalam pergaulan dengan teman.
b. Menghindari sikap masa bodoh dan tidak mengganggu orang lain
c. Bertutur kata tidak sampai menyinggung perasaan orang lain
d. Selalu menghargai seseorang dan tidak meremehkannya
e. Biasa memperlakukan seseorang sesuai martabatnya
f. Menghindari sikap sombong dan pembenci
g. Selalu memperlakukan seseorang sesuai harkat, derajat, dan martabatnya
h. Menghindari sikap sewenang-wenang pada keluarga, saudara, dan orang terdekat
i. Menghindari sikap sewenang-wenang terhadap orang lain
j. Terbiasa menunjukkan sikap dan perilaku pemaaf
k. Menghindari sikap dendam
l. Selalu cepat melupakan kesalahan seseorang
m. Menghindari permusuhan
Suasana tentram dan sejahtera lahir batih dapat terwujud jika kita dapat mewujudkan nilai-nilai budi pekeri diatas dalam kehidupan sehari-hari kita. Suasan yang tentram, sejahtera lahir batin hanya bisa dan dapat terciptakan apabila diantar mereka yang menghuni lingkungan ini mau dan
mampu berpikir, berucap dan berperilaku “Tri Kaya Parisudha” yang selaras dengan sesamanya. Kerukunan hidup dapat terwujud apabila diantar kita terbiasa berprinsip kebersamaaan, keselarasan, dan bersatu. Sebagai manusia yang memiliki harkat, martabat dan derajat yang sama, maka segala sikap dan perbuatan kita harus manusiawi. Kita harus berani meninggalkan kesewenang-wenangan, biasakan mewujudkan rasa saling hormat menghormati, santun, saling menolong, dan ramah. Dengan demikian niscaya kehidupan rukun, suasana tentram, sejahtera lahir dan batin kita dapat wujudkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar