Menjalin Hubungan Antar Umat
Beragama Guna Mencapai Kerukunan menurut Hindu
Dasar tercapainya kehidupan yang aman, damai, tentram muncul dari adanya
kerukunan yang dijalin dan dijaga dengan baik. Tuhan menciptakan kita dengan
akal, rasa, pemikiran untuk dapat disatukan dan diaplikasikan guna menciptakan
kehidupan dengan satu tujuan yang sejahtera. Suasan kehidupan dalam serba
keseimbangan dan rukun antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa hendaknya
selalu dipupuk dan diusahakan adanya oleh umat manusia. Tuhan menciptakan
manusia sebagai mahkluk yang tersempurna bila dibandingkan dengan
mahkluk-mahkluk lainnya. Kehidupan yang dijalani oleh setiap mahluk di dunia
ini harrus di dasari oleh adanya kerukunan tersebut, karena manusia tidak dapat
hidup sendiri, melainkan hidup saling ketergantungan antara satu dengan yang
lainnya.
Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia ke dunia ini dalam berbgai suku,
bangsa, ras, agama, adat istiadat dan golongan. Semua perbedaan yang diciptakan
bukan tanpa maksud, melainkan untuk saling mengenal satu dengan yang lainnya.
Ada pria dan wanita, kaya-miskin, pendek-panjang, baik-buruk, besar-kecil,
hitam-putih dan yang lainnya. Perbedaan itu adalah anugrah dari Tuhan, agar
manusia mampu mengoptimalkan kekayaanya yaitu pikiran. Jadikanlah semua
perbedaan yang ada itu sebagai penantang hidup kita ini, guna menyempurnakan
seluruh potensi yang kita miliki (fisik, mental/intelektual,emosional, moral,
dan spiritual) sesungguhnya semua itu adalah sebuah alasan untuk menghargai
ciptaan-Nya.
Walaupun bangsa kita ini terdiri dari berbagai macam pemeluk agama,
suku,ras,adat-istiadat namun tetap rukun dalam satu bingkai Nagara Kesatuan
Republik Indonesia. Dari perbedaan itulah sudah sepatutnya kita lebih mengedepankan
toleransi dan kerukunan tersebut. Kerukunan
berasal dari kata rukun yang berarti: searah, seiring, seirama atau sejalan,
baik dan damai, bersatu hati, dan kesepakatan. Dengan kata lain kerukunan
adalah situasi yang menggambarkan harus saling menumbuhkan ketentraman dengan
sesama, guna tercapainya kehidupan yang baik dan damai, agar tercapai tujuan
bersama.
Dalam Kitab Suci Weda memerintahkan manusia untuk selalu menjalakan Tri Hita
Karana yaitu: Selalu berrbakti kepada HYang Widdhi, hidup rukun dengan alam
lingkungan, serta hidup rukun dengan sesama umat manusia. Dalam menjalin
hubunga dengan umat manusia, diperintahkan untuk selalu rukun tanpa memandang
ras, kebangsaan, suku, agama, orang asing atau bukan, pribumi maupun pendatang
dan lain sebagainya. Sehingga umat hindu selalu berdoa sebagai berikut:
Samjnanam
nah svebhih, Sajnanam aranebhih, Samjnanam asvina yunam, ihasmasu ni acchalam.
(Atharvaveda VII.52.1)
Artinya:
Semoga kami memiliki kerukunan yang sama dengan orang-orang yang dikenal dengan
akrab, Semoga kami memiliki kerukunan yang sama dengan orang-orang asing,
semoga Engkau memberkahi kami dengan keserasian (Kerukunan/keharmonisan)
Janam
bibhrti bahudha vivacasam, nandharmanam prthivi yathaukasam, sahasram dhara
dravinasya me duham, dhurveva dhenur anapasphuranti (Atharvaveda
XII.I.4)
Artinya:
Semua orang berbicara dengan bahasa yang berbeda-beda, dan memeluk Agama
(kepercayaan) yang berbeda-beda, sehingga bumi pertiwi bagaikan sebuah keluarga
yang memikul beban. Semoga ia melimpahkan kemakmuran kepada kta dan menumbuhkan
penghormatan diantara kita, seperti seekor sapi betina kepada anak-anaknya.
Bahkan umat Hindu selalu berdoa untuk keselamatan seluruh mahluk
hidup, seperti bait ke-5 Puja Trisandya yang wajib dilantunkan 3 (tiga) kali dalam
sehari oleh Umat Hindu:
Om Ksamasva mam mahadewa, sarwaprani hitangkara, mam moca sarwa papebyah
palayaswa sadasiwa., yang memiliki arti: Hyang Widdhi ampunilah hamba, semoga
semua mahluk hidup (sarwaprani) memperoleh keselmatan (hitangkara), bebaskanlah
hamba dari segala
dosa dan lindungilah hamba. ( Mahadewa dan sadasiwa adalah nama-nama ke-Maha
Kuasa-an Hyang Widdhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa). Konsep-konsep kerukunan
menurut Hindu, di dalam pustaka suci weda terdapat perintah-perintah Hyang
Widhi tentang hidup rukun antara lain:
a.
Tri Hita Karana
Konsep Tri Hita Karana merupakan konsep yang sangat mendasar dengan
tekanan pada prinsip keseimbangan. Kegoncangan dari unsur keseimbangan tersebut
dapat menimbulkan berbagai bentuk manifestasi yang tidak menguntungkan
kehidupan di atas dunia ini.
Pengertian konsep Tri Hita Karana adalah tiga penyebab kebahagiaan yaitu:
1. Membina Hubungan yang
harmonis denga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa (Parahyangan)
2. Membina hubungan yang harmonis antara manusia
dengan manusia tanpa ada yang membedaka asal usu, suku, ras, agama, kebangsaan
(Pawongan)
3. Membina hubungan harmonis antar manusia dengan
alam lingkungan (Palemahan)
Ketiga hal-hal di atas merupakan tindakan yang setidaknya harus di terapkan
dalam kehidupan sehari-hari guna mencapai kedamaian, kebahagiaan, keharmonisan,
dan kerukunan.
b. Tri Kaya Parisudha
Konsep
filsafat Tri Kaya Parisudha sebenarnya filsafat yang telah dibawanya sejak
pertemuan antara kama bang dan kama petak. Dan kenyataan ini menjadi semakin
jelas saat kelahiran setiap manusia. Tri Kaya Parisudha yaitu tiga erilaku yang
harus disucikan, bagian-bagiannya antara lain ialah:
1. Manacika: mensucikan
pikiran, natara lain selalu berfikir positif kepada orang lain.
2. Wacika: mensucikan ucapan,
antara lain berkata yang baik, yang tidak menyebabkan ketersinggungan, tidak
melukai hati orang lain
3. Kayika: mensucikan
perbuatan, antara lain bertingkah laku yang santun, mengormati orang yang lebih
tua.
Dari ketiga konsep filsafat tersebut maka pikiranlah yang utama, karena akan
menjadi pendorong dari Panca Indra sehingga dapat mengeluarkan ucapan dan
perbuatan yang bertentangan atau sesuai jalan dharma.
Dengan demikian maka pikiranlah yang seharusnya dibina. Dipupuk
sehingga akan dapat mengendalikan ucapan dan perbuatan. Uraian mengnai konsep
Tri Kaya Parisudha:
1. Manacika: gerak pikiran
·
Tan engin-tan adengkia ri drwyaning len: tidak ingin dan tidak
dengki terhadap milik orang lainnya.
·
Tan kroda ring sarwa sattwa: tidak marah terhadap semua makhluk
·
Mamituhwa ri hananing karma phala: yakin terhadap adanya hukum
Kharma Phala
2.
Wacika: ucapan atau
perkataan
2.1 Tan ujar ahala: tidak mengeluarkan kata-kata yang dapat menyakitkan hati
orang lain/kotor
2.2 Tan ujar apergas: tidak mengeluarkan kata yang keras atau menghardik
2.3 Tan nithya: tidak berbohong
2.4 Tan misuna: tidak memfitnah
3.
Kayika: tingkah laku
perbuatan
3.1 tidak membunuh sewenang-wenang tanpa tujuan
3.2 Tan anghala-ahala: tidak mencuri
3.3 Tan Paradara: tidak memperkosa atau berzinah
c.Catur Paramitha
Catur
Paramitha juga dpat diterpkan dalam pergaulan di masyarakat . adapun
bagian-bagiannya yaitu:
1. Maitri: mengembangkan rasa kasih sayang
2. Mudhita: membuat orang simpati
3. Karuna: suka menolong
4. Upeksa: mewujudkan keserasian, keselarasan, kerukunan dan keseimbangan
d.
Tat Twam Asi
Tat Twam Asi merupakan landasan sangat mendasar dari perkembangan tata
susila dalam pendidikan agama Hindu. Tat Twam Asi merupakan ungkapan bahasa
Sansekerta. Yang memiliki arti yaitu: Aku adalah Kamu, dan Kamu adalah Aku.
Secara garis besar, umat hindu dan terkhususnya manusia di perintahkan harus
berpedoman pada Tat Twam Asi dalam pergaulan
merekan, karena dengan cara begitu tidak mudah kita atau setiap manusia
bertindk menyakiti satu sama lain, menyinggung perasaan atau bahkan berujung
pada dendam dan kemarahan tersebut. Dengan menganggap orang lain adalah diri
kita sendiri, berarti kita memperlakukan orang lain seperti apa yang ingin
orang lain lakukan terhadap kita. Dengan begitu sikap tenggang rasa bisa di tumbuhkan.
Tat Twam Asi menjurus kepada Tepa Seir atau Tenggang Rasa yang menuntut manusia
dalam berpikir, berkata-kata dan berperilaku sehingga tidak berpikir negatif
terhdap orang lain, tidak mengeluarkan kata-kata yang dapat menyinggung
perasaan orang lain, dan tidak berperilaku yang dapat merugikan orang lain.
Sumber pengertian Tat Twam Asi berasal dari Brahma atman aikhyam artinya:
Brahman adalah tunggal dengan atman yang berada pada setiap makhluk hidup.
Dalam Bhagavadgita dijumpai:
Wahai Arjuna: Aku adalah Atman. Yang
bersemayam di hati setiap makhluk. Dan Aku adalah awal mula, pertengahan, dan
juga akhir makhluk itu (20)·
Akulah benih segala makhluk, dan tidak
ada sesuatu ciptaan yang bergerak maupun tidak bergerak, tanpa Aku (39)·
Berdasarkan keyakinan terhadap adanya Atman , menimbulkan pengertian bahwa
setiap Hindu mempunyai Atman, yang merupakan percikan dari Ida Sang Hyang WidHi
Wasa dalam prabawa Beliau sebagai sumber Atman (Paramatman).
Dengan memperhatikan uraian diatas dapat dipahami mengapa timbul konsep Tat
Twam Asi sebagai dasar tata susila dalam ajaran Hindu Khususnya dalam hubungan
antar manusia. Susila merupakan tingkah laku yang baik dan mulia yang dituntut
oleh ajaran dharma. Dharma dalam tata susila merupakan hubungannya yang selaras
antar sesama manusia. Menolong orang lain sebenarnya juga menolong diri sendiri
sehingga bila menyakiti orang lain tidak lain kita menyakiti diri sendiri.
Dengan demikianlah pengertian Tat Twam Asi menimbulkan penjabaran saling asa,
saling asih, saling asuh, sehingga keharmonisan kehidupan sebagai sesama
manusia serta pemeluk agama dapat terwujud. Dalam pergaulan sehari-hari antara
berbagai aliran kepercayaan, adat dan agama telah menimbulkan hakekat dan sikap
toleransi
dari Tat Twam Asi telah di cerminkan dalam Garuda Pancasila yang berbunyi
Bhineka Tunggal Ika.
Dasar tersebut yang dapat kita aplikasikan dalam pergaulan sehari-hari dan
bermasyarakat, karena perbedaan tersebut sudah pasti adanya, hanya saja
janganlah perbedaan tersebut dijadikan dasar atau tolak ukur, namun
persamaannyalah yang harus semakin ditonjolkan sehingga musyawarah dan mufakat
dapat menjadi kenyataan. Menonjolkan keyakinan agama dan kepercayaan dalam
pergaulan tidak akan menghasilakn keharmonisan, tetapi sebaliknya yaitu
kehancuran, karena keyakinan yang fanatik dapat menimbulkan gerakan yang juga
sangat fanatik dan merugikan kerukunan berbangsa, beragama dan persaudaraan
diantar kita semuanya.
Tidak hanya satu jalan untuk dapat menuju Dharma Ketuhanan Yang Maha Esa namun
banyak jalan yang dapat ditempuh dan semuanya akan diridhoi sesuai dengan
dharma bakti Agama, dharma bakti bernegara dan berbangsa serta pengertian kita
tentang Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tat Twam Asi dapat dijadikan dasar
utama cinta pada sesama manusia, lingkungan sekitar hidup manusia dan mempunyai
sifat yang universal, karena mendasari hati nurani manusia yang paliing dalam
malalui makna Tat Twam Asi.
Dalam membangun menjalin hubungan antar umat beragama demi mencapai kerukunan
hendaknya di landaskan atau di dasari oleh rasa Toleransi, Tenggang Rasa,
Menghormati antar satu dengan yang lainnya. Atas landasan tersebut kita hanya
perlu menumbuhkannya dalam diri kita. Masyarakat Indonesia sudah sepatutnya
mengedepankan toleransi di antara pemeluk agama yang satu deng yang lainnya,
sehinggan rasa menghargai antar sesama bisa terjalin. Bangsa Indonesia harus
tetap dapat menjaga dan mengimplementasikan tri kerukunan hidup beragam dalam
kehidupan sehari-hari, antara lain:
1. Kerukunan intern umat beragama yaitu: kerukunan dengan penganut agama yang
sama
2. Kerukunan antar umat beragama yaitu: kerukunan dengan sesama umat lain
3. Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah yaitu: disini terjadinya
kolaborasi dengan agama bersama dengan pemerintah.
Semua dilandaskan dengan keberadaan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan
Garis-Garis Besar Haluan Negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai segala
sumber hukum yang berlaku di Negar Indonesia. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
mengamanatkan bahwa bangsa Indonesia harus selalu dapat memupuk hidup rukun
antar satu agama dengan agama lainnya serta penganut aliran kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pasal 29 Ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945
mengamanatkan bahwa tiap-tiap penduduk bangsa Indonesia dijamin kebebasannya untuk
memeluk agamanya masing-masing dan beribadat sesuai dengan agama yang di
peluknya. Selanjutnya GBHN 1999 yang di tetapkan melalui Tap. MPR No.
IV/MPR/1999 menegaskan tentang pentingnya kerukunan hidup antar umat beragama
sehingga terciptanya suasana kehidupan yang harmonis dan saling menghormati
dalam semangat kemajemukan melalui dialog antar umat beragama.
Langkah-langkah meningkatkan kerukunan umat beragama
Kerukunan sangat penting dan menjadi kunci utama dalm kehidupan sosial
bermasyarakat, tidak hanya beramasyarakat dengan sesama pemeluk agama yang sama
namun dengan pemeluk agama lain, mungkih perbedaan memang ada, segala yang
berbeda belum tentu buruk, dimana perbedaan menjadi sangat beragam namun dapat
menjadi indah. Di Negara Indonesia ini terdiri dari berbagai macam suku bangsa,
beragam ras, golongan, budaya, adat istiadat, namu dari perbedaan tersebut
menjadikan bangsa ini indah, bagaikan sebuah taman yang ditumbuhi berbagai
macam bunga aneka warna dan bentuk, serta macam-macam kicau burung yang sangat
indah. Perbedaan memang ada, tetapi tetap semuanya memiliki satu tujuan, yaitu
tujuan yang sama-sama ingin dicapai, sehingga diperlukanlah adanya kerukunan
hidup beragama dan hendaknya harus dapat ditingkatkan. Untuk dapat meningkatkan
kerukunan hidup beragam, langkah yang paling penting dilakukan adalah:
1. Mengajarkan kepada setiap umat beragama untuk selalu berpikir positif
terhadap orang lain, bertutur
kata yang tidak proaktif dan tidak membuat sakit hati.
2. Berperilaku baik seperti: tidak melanggar norma-norma umum yaitu: norma
kesusilaan, norma adat istiadat, maupun norma hokum Negara/ tidak melanggar
hokum Negara.
3. Menumbuhkan penghargaan, saling pengertian, toleransi, serta belajar untuk
saling memahami diantar umat beragama. Dan tidak berbuat hal-hal yang dapat
menyinggung sentiment keagamaan.
Untuk menumbuhkan penghargaan dan saling pengertian, maka setiap umat beragama
hendaknya mengerti secara baik dan benar tentang agamanya sendiri dan
dilengkapi dengan pengetahuan yng cukup dan benar tentang agama lainnya,
sehingga mengetahui hal-hal baik di agama lain dan mengetahui pula hal-hal yang
sangat dilarang/ditabukan/diharamkan di agama lain. Untuk menghindari
kesenjangan sosial diantar masyarakat. Karena di era globalisasi seperti
sekarang banyak terjadi kesenjangan sosial diantara masyarakat. Sehingga timbul
pandangan yang negatif dari satu sudut pandang agama lain atau agama yang sama,
dikarenakan kerukunan yang kurang, setidaknya jika terjadi kesenjangan sosial
antara masyarakat, baik agama yang sama atau lain agama hendaknya dapat saling
membantu untuk memperbaiki dan menjaga agar tidak terjadi kesenjangan yang
lebih serius lagi.
Para pemimpin agama bekerja sama dengan pemimpin agama lainnya (Islam, Hindu,
Katolik, protestan, Buddha, Konghucu) untuk mengatasi bersama umat manusia
yaitu: Keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan, dan penyakit sosial lainnya.
Para pemuka agama, pemimpin lembaga-lembaga keagamaan dan pemerintah, supaya
selalu mempromosikan: Toleransi, kerukunan, dan kedamaian diantara para pemeluk
agama di masyarakat, sekolah-sekolah umum, sekolah-sekolah keagamaan, maupun
ditempat-tempat ibadah. Tokoh pemuka agama, tokoh masyarakat dituntut untuk
dapat bekerja sama saling berkolaborasi
Nilai-nilai budi pekerti yang terwujud
Dari semua aktivitas yang dapat ditampilkan melalui tri kerukunan hidup oleh
umat beragama, dapat kita cermati perwujudan nilai-nilai budi pekerti dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan perwujudan nilai-nilai budi pekeri tersebut, bisa
kita gunakan sebagai pedoman atau titik acuan untuk menjalin kerukunan antar
sesama
umat beragama. Perwujudan nilai-nilai budi pekerti yang dimaksud antar lain:
a. Terbiasa menjaga perasaan dalam pergaulan dengan teman.
b. Menghindari sikap masa bodoh dan tidak mengganggu orang lain
c. Bertutur kata tidak sampai menyinggung perasaan orang lain
d. Selalu menghargai seseorang dan tidak meremehkannya
e. Biasa memperlakukan seseorang sesuai martabatnya
f. Menghindari sikap sombong dan pembenci
g. Selalu memperlakukan seseorang sesuai harkat, derajat, dan martabatnya
h. Menghindari sikap sewenang-wenang pada keluarga, saudara, dan orang terdekat
i. Menghindari sikap sewenang-wenang terhadap orang lain
j. Terbiasa menunjukkan sikap dan perilaku pemaaf
k. Menghindari sikap dendam
l. Selalu cepat melupakan kesalahan seseorang
m. Menghindari permusuhan
Suasana tentram dan sejahtera lahir batih dapat terwujud jika kita dapat
mewujudkan nilai-nilai budi pekeri diatas dalam kehidupan sehari-hari kita.
Suasan yang tentram, sejahtera lahir batin hanya bisa dan dapat terciptakan
apabila diantar mereka yang menghuni lingkungan ini mau dan
mampu berpikir, berucap dan berperilaku “Tri Kaya Parisudha” yang selaras
dengan sesamanya. Kerukunan hidup dapat terwujud apabila diantar kita terbiasa
berprinsip kebersamaaan, keselarasan, dan bersatu. Sebagai manusia yang
memiliki harkat, martabat dan derajat yang sama, maka segala sikap dan
perbuatan kita harus manusiawi. Kita harus berani meninggalkan
kesewenang-wenangan, biasakan mewujudkan rasa saling hormat menghormati,
santun, saling menolong, dan ramah. Dengan demikian niscaya kehidupan rukun,
suasana tentram, sejahtera lahir dan batin kita dapat wujudkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar